Oleh : Giati Anisah
(Mahasiswi Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang)
Berbahasa, suatu kompetensi yang wajib dimiliki setiap orang. Lalu bahasa seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh generasi muda sekarang ini? Apakah kemampuan berbahasa Indonesia mereka lebih bagus daripada berbahasa Asing? Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (FS UM), awal Mei (2/5) mengumpulkan beberapa kandidat duta bahasa yang akan dikirim untuk mengikuti kompetisi duta bahasa Jawa Timur. Ada lima pasang kandidat yang diajukan oleh UM. Kesepuluh mahasiswa ini adalah kandidat terpilih dari seleksi tingkat fakultas, pada 27 Maret 2012 lalu. Mereka berkumpul di aula utama sastra untuk mengikuti pengarahan dosen pendamping duta bahasa, Bapak Karkono. Pengarahan difokuskan pada hal-hal yang bersifat teknis seperti tanggal pelaksanaan dan persiapan.
Even duta bahasa diselenggarakan setiap tahun oleh pemerintah. Tahun ini, diselenggarakan dengan sedikit berbeda. Setiap kandidat diharuskan membuat karya tulis untuk prasyarat mengikuti seleksi tingkat provinsi. Hal tersebut diperuntukan sebagai tes kemampuan tulis disamping kemampuan berbahasa dan kognitif. Pemilihan duta bahasa adalah suatu usaha untuk melestarikan Bahasa Indonesia yang semakin sedikit dikuasai masyarakat Indonesia sesuai standar. Memang kebanyakan masyarakat mampu berbahasa Indonesia, namun jarang yang bisa menempatkan bahasa sesuai konteks. Tidak selamanya bahasa harus baik dan benar. Bahasa itu diaktakan baik jika sesuai dengan konteks. Contohnya akan sangat janggal jika di suasana informal kita menggunakan bahasa layaknya acara seminar. Bahasa dikatakan benar jika sesuai kaidah. Untuk kategori ini lebih cocok digunakan untuk kegiatan formal seperti kegiatan belajar mengajar dan sebagainya.
Bahasa Indonesia memiliki masalah yang cukup krusial saat ini. Terutama karena pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini bukan berarti secara sepihak mengatakan IPTEK merusak bahasa. Hanya saja bahasa harus bergerak untuk menyeimbanginya. Masalah-masalah tersebut meliputi semakin populernya penggunaan bahasa atau kata dari bahasa asing seperti download (mengunduh), email (surat elektronik), handphone (telepon genggam) dan sebagainya. Kebanyakan anak muda tidak tahu apa Bahasa Indonesia dari kata-kata yang sering mereka ucapkan bahkan mereka kerjakan setiap hari.
Masalah lainnya adalah semakin maraknya bahasa alay dan prokem. Variasi bahasa ini bersifat destruktif. Dampaknya memang tidak serta merta telihat namun akan semakin besar seiring perkembangannya. Anak-anak usai belajar bahasa setiap hari disuguhi bahasa alay dan prokem yang menyalahi sopan santun berbahasa. Karena itu merupakan penerimaan bahasa pertama bagi mereka, anak-anak akan menganggap hal itu benar, lalu menirunya. Jika tidak ada pelurusan dari pihak ke arah yang lebih baaik. Maka mereka akan membawa tradisi destruktif itu sepanjang hidup. Itu sangat berbahaya karena akan merusak tradidi berbahasa Indonesia yang khas.
Tahun 201, pemenang duta bahasa Jawa Timur adalah Dyah Rahamawati. Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Sejak diadakan pada tahun 2009 lalu, Fakultas sastra selalu mendapatkan tempat sebagai juara. Skor uji kemampuan berbahasa Indonesia dan pengetahuan seputar bahasa, sastra Indonesia dan budaya. Semoga dengan adanya pemilihan duta bahasa ini dapat menjadi langkah maju pertahanan budaya berbahasa Indonesia
Sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2012/05/06/duta-bahasa-itu-siap-melawan-bahasa-alay
0 komentar:
Posting Komentar